KERANGKA ACUAN RAIMUNA NASIONAL X TAHUN 2012


YANG DISEMPURNAKAN DALAM RAPAT KWARDA PAPUA, KWARDA PAPUA BARAT DENGAN KWARTIR NASIONAL DAN DKN 25 DAN 26 AGUTUS 2011 DI KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

1.      Latar Belakang
Sejak lahirnya Gerakan Pramuka pada tahun 1961, Gerakan Pramuka telah mengemban amanah untuk membina generasi muda Indonesia dengan sistem kepanduan agar dapat menjadi kader dan pemimpin bangsa yang handal dengan bermodal watak serta tingkah laku yang baik dan bijaksana serta ditambah dengan nilai–nilai agama yang sesuai dengan keyakinannya masing – masing.
Dalam melakukan pembinaan terhadap generasi muda Indonesia, Gerakan Pramuka menggunakan sistem pembinaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metoda Kepramukaan. Serta dilakukan penggolongan terhadap anggotanya, mulai dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega serta Orang Dewasa yang berdasarkan atas usia anggota.
Setiap golongan memiliki kegiatan besar yang merangkum semua metoda pembinaan yang dilaksanakan selama menjadi anggota Gerakan Pramuka. Mulai dari Pesta Siaga, Jambore untuk Penggalang, Raimuna untuk Penegak dan Pandega, serta Karang Pamitran bagi Orang Dewasa.
Saat ini merupakan masa transisi bagi usia pemuda 16 s.d. 25 tahun untuk mencari jati diri serta merupakan era globalisasi yang terdapat multi krisis, baik moral, dan tingkah laku, bahkan ekonomi. Sehingga pemuda dalam usia Penegak dan Pandega perlu metoda dan jenis kegiatan yang bertujuan untuk memberikan arahan agar menjadi kader pembangunan bangsa yang baik dan handal, minimal untuk dirinya sendiri dan keluarga.
Dalam tujuan dan tugas yang diemban Gerakan Pramuka serta untuk mengurangi dampak dari era globalisasi dan krisis multi dimensi tersebut serta dengan objek pembinaan usia 16 s.d. 25 tahun, maka Gerakan Pramuka, mulai dari Kwartir Nasional hingga Gugus Depan mengadakan kegiatan  besar bagi golongan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dengan nama Raimuna, yang merupakan kegiatan terdiri atas pengembangan wawasan, bakti, keterampilan, dan kebudayaan.
Raimuna sendiri merupakan dua buah kata yang berasal dari Suku Ambai, Provinsi Papua, terdiri atas Rai yang artinya Pertemuan, dengan Muna yang artinya Pemimpin/Kepala Suku. Sehingga Raimuna dapat diartikan Pertemuan Para Pemimpin/kepala Suku, makna tersebut dapat mewakili makna pertemuan besar Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, karena Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega merupakan para pemimpin dikelompoknya masing – masing dan calon pemimpina bangsa.
Sesuai dengan kelender kegiatan dan keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka tahun 2008, diputuskan pelaksanaan Raimuna Nasional pada tahun 2012 bertempat di Papua dan selaku tuan rumah adalah Kwarda Papua. Guna memperlancar segala usaha dan persiapan pelaksanaan kegiatan, maka diperlukan Kerangka Acuan Raimuna Nasional X tahun 2012.

2.      Dasar Pelaksanaan Kegiatan
  • UU Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
  • Anggaran Dasar Gerakan Pramuka
  • Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka
  • Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega
  • Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja
  • Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Penyelenggaraan Raimuna
  • Rencana Strategik Gerakan Pramuka tahun 2008 s.d. 2012.
  • Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka tahun 2008 tentang Pelaksanaan Raimuna Nasional X tahun 2012
  • Program Kerja Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tahun 2008 s.d. 2013

3.      Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksaan kegiatan ini adalah
  1. Melaksanaan tujuan pembinaan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega,
  2. Meningkatkan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
  3. Meningkatkan kecintaan tanah air,
  4. Rasa Persaudaraan,
  5. Membentuk sikap Teguh, Rela berkorban, Mandiri, dan penuh tanggung jawab.

Tujuan pelaksanaan kegiatan adalah :
  1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
  2. Meningkatkan wawasan kebangsaan,
  3. Meningkatkan rasa kebersamaan dikalangan Pemuda Indonesia,
  4. Menjadi kader pemimpin dimasyarakat,
  5. Memperoleh tambahan keterampilan dan pengalaman.

4.      Nama Kegiatan
Kegiatan ini dinamakan Raimuna Nasional X tahun 2012

5.      Tema
Pramuka Indonesia bersama masyarakat membangun kampung tanah Papua

6.      Moto
Satyaku kudarmakan,  darmaku kubaktikan

7.      Rencana Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Raimuna Nasional X tahun 2012, direncanakan dilaksanakan pada bulan 24 – 30 Juni  2012 (bertepatan dengan kalender liburan pendidikan) selama tujuh hari serta bertempat diBumi Perkemahan Cenderwasih Jayapura Papua .

8.      Perkiraan Peserta, Pimpinan Kontingen, dan Pembina Pendamping
Peserta Raimuna Nasional X tahun 2012, terdiri atas :
  • Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang berasal dari utusan Kwartir Cabang se-Indonesia,
  • Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang berasal dari utusan Gugus Depan Gerakan Pramuka di Luar negeri,
  • Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang berasal dari utusan Organisasi Kepanduan Negara Lain,
  • Pemuda dan Pemudi Indonesia (Pelajar, Mahasiswa, Penganguran, dll) yang berusia 16 s.d 25 tahun, yang berasal dari Organisasi Kepemudaan Indonesia dan atau bukan Organisasi Kepemudaan Indonesia serta bukan merupakan anggota Gerakan Pramuka.

Dengan persyaratan secara umum adalah :
  1. Pramuka atau Pemuda yang berusia 16 s.d 25 tahun, dan telah memenuhi kecakapan Umum digolongannya untuk anggota Pramuka,
  2. Sehat Jasmani dan dibuktikan oleh Surat Keterangan Sehat Dokter,
  3. Mendapatkan izin dari Orang Tua/Wali dengan dibuktikan Surat Izin Orang Tua/Wali,
  4. Merupakan perwakilan dari Gugusdepan, dan Kwartirnya atau Organisasi/ Perkumpulannya dengan dibuktikan dengan Surat Tugas,
  5. Mendapatkan izin dari Pimpinan Institusinya dengan membuktikan surat izin institusi masing – masing,
  6. Sanggup membayar fee peserta, terdiri atas biaya perkemahan, kegiatan, konsumi, perlengkapan peserta berupa topi, kaos kegiatan, tanda peserta, scraf peserta, Tanda Ikut Serta Kegiatan (TISKA) bagi yang memenuhi ketentuan, serta Piagam Kegiatan, yang jumlah/besarnya ditentukan kemudian.

Pimpinan Kontingen, merupakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega (atau seusia Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega) yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap Kontingennya.

Dengan persyaratan secara umum adalah :
  1. Pramuka atau Pemuda yang berusia 16 s.d 25 tahun, dan telah memenuhi kecakapan Umum digolongannya untuk anggota Pramuka,
  2. Sehat Jasmani dan dibuktikan oleh Surat Keterangan Sehat Dokter,
  3. Mendapatkan izin dari Orang Tua/Wali dengan dibuktikan Surat Izin Orang Tua/Wali,
  4. Merupakan perwakilan dari Gugusdepan, dan Kwartirnya atau Organisasi/ Perkumpulannya dengan dibuktikan dengan Surat Tugas,
  5. Mendapatkan izin dari Pimpinan Institusinya dengan membuktikan surat izin institusi masing – masing,
  6. Sanggup membayar fee Pinkon, terdiri atas biaya perkemahan, kegiatan, konsumi, perlengkapan peserta berupa topi, kaos kegiatan, tanda peserta, scraf peserta, Tanda Ikut Serta Kegiatan (TISKA) bagi yang memenuhi ketentuan, serta Piagam Kegiatan, yang jumlah/besarnya ditentukan kemudian.

Pembina Pendamping, adalah Orang Dewasa yang bertugas untuk membimbing Kontingen untuk melaksanakan tugas dan fungsinya masing – masing dalam kontingen. Sesuai dengan prinsip pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Dengan persyaratan:
  1. Berusia lebih dari 28 tahun (sesuai Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka), lebih baik telah memenuhi syarat sebagai Pembina Mahir Pramuka Penegak/Pramuka Pandega,
  2. Sehat Jasmani dan dibuktikan oleh Surat Keterangan Sehat Dokter,
  3. Merupakan perwakilan dari Gugus Depan, dan Kwartirnya atau Organisasi/Perkumpulannya dengan dibuktikan dengan Surat Tugas,
  4. Mendapatkan izin dari Pimpinan Institusinya dengan membuktikan surat izin institusi masing – masing,
  5. Sanggup membayar fee Bindam, terdiri atas biaya perkemahan, kegiatan, konsumi, perlengkapan peserta berupa topi, kaos kegiatan, tanda peserta, scraf peserta, Tanda Ikut Serta Kegiatan (TISKA) bagi yang memenuhi ketentuan, serta Piagam Kegiatan, yang jumlah/besarnya ditentukan kemudian.

Perkiraan jumlah Peserta, Pinkon, dan Bindamping adalah:
  • Peserta utusan Kwarcab se-Indonesia
8 orang putera dan 8 orang puteri, dari 486 Kwartir Cabang se-Indonesia, sebanyak   7.776 orang
  • Peserta utusan Gudep Luar Negeri
8 orang putera dan 8 orang puteri, dari  10 Gugusdepan Luar Negeri  sebanyak 160 orang
  • Peserta dari Luar Negeri ASEAN dan PNG
8 orang putera dan 8 orang puteri, dari 11 Negera sebanyak 176 orang

  • Pinkon
1orang putera dan 1 orang puteri  dari 33 DKD   sebanyak 66 orang
  • Bindamping Kwarda
1 orang Pembina putera dan 1 orang Pembina Puteri dari 33 Kwarda sebanyak 66 orang.
  • Bindamping Gugusdepan Luar Negeri
1 Orang Putera dan 1 orang Puteri dari 11 Negera sebanyak 22 orang

Jumlah  seluruh peserta, pinkon, dan bindamping  adalah   8.286   orang.

9.      Campfee
Peserta Lokal Rp. 300.000/orang
Pinkonda & Bindamping Rp. 400.000/orang
Peserta & Bindamping Luar Negeri US $ 150/orang

10.  Kepanitiaan
Kegiatan Raimuna Nasional X tahun 2012 diselenggarakan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, dengan tuan rumah adalah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Papua . Untuk menyelenggarakan Kegiatan serta melaksanakannya, maka Kwartir Nasional Gerakan Pramuka akan membentuk Panitia Penyelenggara, dan Sangga Kerja/Panitia Pelaksana yang berasal dari unsur Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kwartir Daerah Tuan Rumah, dan unsur Dewan Kerja se-Indonesia.
Uraian tugas dan tanggung jawab Panitia Penyelenggara dan Sangga Kerja/Panitia Pelaksana dijabarkan kemudian oleh Kelompok Kerja.

11.  Kedatangan Kontingen.
Semua kontingen daerah mupun kontingen Cabang yang datang ke Papua mengunakan Pesawat Udara dan Kapal laut.  Setelah tiba dibandara maupun pelabuhan laut semuanya akan dijemput dengan ADAT  PENERIMAAN TAMU. Selanjutnya akan  dipandu oleh seorang pendamping yang berasal dari daerah kontingen tersebut.

12.  Transportasi.
a. Transportasi Udara:          1) Garuda 3 X penerbangan sehari
2) Merpati  3 X Penerbangan sehari
3) Lion Air 2 X Penerbangan sehari
4) Batavia  1 X Penerbangan
5) Expres  1 X Penerbangan
6) Hercules TNI AU

b.Transportasi Laut:             1)  KM Gunung Dempo 5 hari perjalanan
2) KM Doloronda 6 hari perjalanan
3) KM Ngapulu  6 hari perjalanan
4) KM Sinabung 6 hari perjalanan
5) KM Dobonsolo
6) KRI Banda Aceh dari Jakarta
7) KRI Nusanife dari Jakarta
8) KRI  Makasar dari Surabaya
9) KRI Surabaya dari Surabaya

c.Transportasi Lokal :           1) Kendaraan Bus milik Pemda Provinsi 10 unit
2) Kendaraan Bus milik Pemda Kabupaten Kota /Kabupaten 10 unit
3) Kendaraan Bus anak sekolah  8 unit
4) Kendaraan Bus DAMRI  10 unit
4) Kendaraan Truk Milik TNI/POLRI … unit
5) Kendaraan sewa (angkutan umum, hotel) …. unit

Akomodasi :
1.  Hotel 25 unit (direncanakan di VVIP dan VIP di SwisBell Hotel, Kwarnas, Gubernur dan Kwarda di Hotel Assthon)
2. Asrama, Diklat  dan Penginapan lainnya.


13.  Bentuk Kegiatan
Kegiatan pada Raimuna Nasional X tahun 2012 dilaksanakan dalam bentuk, al :
  • Pengenalan Kegiatan
  • Praktek dan Simulasi
  • Dinamika Kelompok
  • Diskusi
  • Lokakarya
  • Interaksi
  • Komunikasi

14.  Jenis Kegiatan
Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan generasi muda Indonesia dan global, maka kegiatan–kegiatan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 dilaksanakan dengan beberapa jenis kegiatan, antara lain:
  • Perkemahan
  1. Apel
  2. Kunjungan Persaudaraan
  3. Kegiatan Keagaamaan
  4. Api Unggun
  • Keterampilan
  1. Kesakaan
  2. Kepemimpinan
  3. Kehumasan
  4. Kewirausahaan
  5. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
  6. Kesehatan
  7. Isu Interaktif
  • Wawasan Nusantara
  1. Pengenalan Lingkungan
  2. Bela Negara
  3. Budaya Nusantara
  • Bakti Masyarakat
  1. Penanaman Pohon Sagu
  2. Penghijauan di daerah sekitar Buper
  3. Penanaman mangrove di Teluk Yotefa
  • Kegiatan wisata yang direncanakan adalah :
  1. Festival Danau Sentai (FDS).
  2. Napak  Tilas Perjuangan Pahlawan Nasional Marthen Indey.
  3. Napak Tilas Perang  Dunia Kedua
  4. Kampung Wisata Tablanusu  Kab. Jayapura.
  5. Mengunjungi Perbatasan  RI – PNG dan Vanimo Province
  6. Mengunjungi Stadion Mandala.
  7. Wisata Executif   ke Wamena menyaksikan  Perang Suku.
  8. Wisata hutan sagu dan menyaksikan proses pembuatan sagu.
  • Global Development Village
  1. Brotherhood
  2. Culture and Arts
  3. Technology
  4. Communication
  5. Global Issues
  6. Unity of the Nations
  7. Creativity
  8. Music
  9. Dance
  10. Theatre
  11. Cinema show
  12. Food and Drink
  13. Nation and Culture Days
  • Kebudayaan dan Olahraga
  1. Budaya Bangsa
  2. Kesenian
  3. Persaudaraan
  4. Olahraga

15.         Metoda Kegiatan
Proses yang dilaksanakan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 dengan sifat “Edukatif, Kreatif, Produktif, Inovatif, Rekreatif”, selanjutnya metoda yang digunakan dalam Raimuna Nasional X tahun 2012 adalah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik.

16.         Sistem Perkemahan
Dalam rangka proses pembelajaran dan melakukan sistem “belajar sambil melakukan” dilakukan sistem perkemahan yang dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang dipilih dan merupakan Pimpinan seluruh Perkemahan, yang selanjutnya sistem perkemahan dibentuk sepertihalnya sebuah pemerintahan setingkat dengan Provinsi/Kabupaten hingga tingkat RT.
Sistem satuan terpisah antara Putera dan Puteri, serta dipimpin oleh kelompok mereka sendiri. Ditambah dengan beberapa bagian yang semuanya dipimpin oleh Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, sesuai dengan prinsip pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega, “dari, oleh, dan untuk Pramuka Penegak dan Pandega dengan kerjasama orang Dewasa”.

Bentuk Tenda
Dalam rangka mengenal dan meningkatkan budaya asli kehidupan pemukiman masyarakat asal kata atau nama Raimuna yang mendiami pesisir kepulauan Yapen yaitu suku Randawaya dana ambay kabupaten kepuluan  Yapen,maka  bentuk tenda yang akan digunakan oleh seluruh peserta perkemahan adalah  “ Bentuk rumah asli yang  atapnya dari daun sagu dan dinding dari gaba-gaba atau kulit kayu. Serta bahan bakarnya dari kayu kering.
Semua bahan ini disediakan oleh Panitia  dan peserta tinggal masuk dan membayar free perkemahan.

17.    Tahapan Pelaksanaan
Untuk melaksanakan kegiatan Raimuna Nasional X tahun 2012, proses pelaksanaannya dijalankan dalam beberapa tahapan, antara lain :
  • Tahap Persiapan
  1. Pembentukan Kelompok Kerja (Bulan Pertama)
  2. Pembuatan dan Pengesahan Petunjuk Pelasaksanaan (Bulan Ketiga)
  3. Pembentukan Panitia dan Sangga Kerja
  4. Pembentukan Tim Usaha Dana
  5. Pembuatan Rancangan Anggaran
  6. Pembuatan Logo, Maskot, dan Penentuan Tema dan Slogan Kegiatan
  7. Audensi dengan Pemerintah Pusat dan Tuan Rumah
  8. Pencarian Sponsor Kegiatan
  9. Pelatihan Sangga Kerja
  10. Kampanye Kegiatan
  11. Penayangan Iklan
  12. Promosi Kegiatan
  13. Pelibatan Media Massa
  14. Simulasi Kegiatan
  15. Press Conference
  16. Pengesahan dan Penyebaran Petunjuk Teknis (Juknis)

  • Fasilitas pendukung yang sedang disiapkan dalam tahun anggaran 2011 adalah :
  1. Pembangunan Jaringan Air Bersih
  2. Pekerjaan Gedung  Kwarda dan Aula
  3. Pekerjaan Pintu Gerbang.
  4. Pekerjaan Pembangunasn areal Parkir.
  5. Pekerjaan kantor Pengendali kegiatan.
  6. Pekerjaan Pendopo.
  7. Pekerjaan Tribun Stadion
  8. Pekerjaan Rumah jaga
  9. Pekerjaan MCK
  10. Pekerjaan Gudang.
  11. Pekerjaan Lapangan futsal.
  12. Pembuatan Tugu atau patung Baden Powell.

18.  Fasilitas yang akan dikerjakan tahun anggaran 2012  adalah :
  1. Pelebaran jalan diareal buper.
  2. Pekerjaan Jaringan Listrik.
  3. Tambahan  MCK darurat.
  4. Rumah sakit lapangan
  5. Penyiapan lahan pasar Tradisional dan pasar umu

19.    Tahap Pelaksanaan
-       Perkemahan
-       Upacara Adat Ambalan Bhinneka Tunggal Ika
-       Upacara Pembukaan
-       Kegiatan Hari Pertama
-       Kegiatan Hari Kedua
-       Kegiatan Hari Ketiga
-       Kegiatan Hari Keempat
-       Kegiatan Hari Kelima
-       Kegiatan Hari Keenam
-       Kegiatan Hari Ketujuh
-       Kegiatan Hari Kedelapan
-       Kegiatan Hari Kesembilan
-       Kegiatan Hari Kesepuluh
-       Upacara Adat Ambalan Bhinneka Tunggal Ika
-       Upacara Penutupan

20.    Tahap Pelaporan
-       Pertemuan Evaluasi
-       Penilaian Kegiatan
-       Pembuatan Laporan
-       Laporan Keuangan
-       Ucapan Terimakasih
-       Pembubaran Panitia

21.         Kelompok Kerja
Dalam rangka mempersiapkan dan menyusun pondasi awal dari kegiatan Raimuna Nasional X tahun 2012, maka perlu dibentuk sebuah kelompok yang bertugas untuk menyusun serta membentuk langkah awal dan mengembangkan konsep Raimuna Nasional X tahun 2012, dan Konsep Kegiatan, Konsep Perkemahan, Konsep Kepanitiaan, Konsep Keuangan, Konsep Administrasi, Konsep Sarana Pendukung dengan menghasilkan Petunjuk Pelaksanaan Raimuna Nasional X tahun 2012.
Kelompok Kerja berjumlah 9 (sembilan) orang yang terdiri atas unsur unsur:
  1. Andalan Nasional Gerakan Pramuka
  2. Andalan Nasional Korwil Maluku Papua
  3. Dewan Kerja Nasional Gerakan Pramuka
  4. Kepala Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka tingkat Nasional
  5. Pimpinan Satuan Karya Pramuka tingkat Nasional
  6. Staf Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
  7. Andalan Daerah Papua
  8. Dewan Kerja Daerah Gerakan Pramuka Papua
  9. Purna Dewan Kerja Nasional Gerakan Pramuka

22.    Anggaran Kegiatan
Sebuah kegiatan akan membutuhkan anggaran, tergantung tingkat dan level kegiatan. Anggaran Raimuna Nasional X tahun 2012 berasal dari :
  • Fee Peserta dan Pinkoda, serta Bindamping
  • Anggaran Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
  • Bantuan Pemerintah Pusat
  • Bantuan Pemeintah Daerah
  • Sponsor kegiatan yang tidak melanggar aturan atau Undang–undang yang berlaku

23.    Penutup
Demikianlah Kerangka Acuan Kegiatan ini dibuat, sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan besar Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Terimakasih.


Jakarta, 26 Agustus   2011
Gerakan Pramuka Kwarda Papua
K e t u a,

Alex Hesegem,SE

SUMBER INFO :
Rapat antara Kwarnas, DKN dan Kwarda Papua 25 dan 26 Agustus 2011 di gedung Kwarnas. Naskah telah di edit disesuaikan untuk kepentingan “informasi publik” oleh Kak Ha Te.
Maskot Raimuna Nasional 2012
ADVERTISEMENT

35 Anggota Pramuka Aksi Damai di Bundaran HI


35 Anggota Pramuka Aksi Damai di Bundaran HI

Tribunnews.com/Theresia Felisiani
35 anggota pramuka dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta yang tergabung dalam Lintas Racana Scout Of University menggelar aksi damai di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2011). 


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 35 anggota pramuka dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta yang tergabung dalam Lintas Racana Scout Of University menggelar aksi damai di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2011). Aksi damai ditujukan sebagai pertanda Pramuka juga peduli pada masalah bangsa.

"Kami di sini tidak untuk demo, tapi ingin menunjukkan pada masyarakat jika pramuka juga peduli pada masalah bangsa, seperti menolak korupsi, selamatkan industri nasional, dan selamatkan warisan budaya," kata seorang anggota pramuka dari Institut Ilmu Sosial dan Politik, Anisa.
Anisa menambahkan aksinya ini juga sebagai bentuk peringatan hari pahlawan yang jatuh pada hari ini. Dari pantauan Tribunnews, aksi bejalan damai dan tidak mengganggu lalulintas. Beberapa anggota Lintas Rancana Scout Of University membagikan stiker dan membentangkan dua poster besar.

Editor: Ade Mayasanto
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Diundang Pramuka, Raja Swedia Kunjungi Indonesia

Foto: worldscoutfoundation.org


Jakarta - Raja Swedia akan melakukan kunjungan resmi ke Indonesia. Ia datang untuk memenuhi undangan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sebagai Ketua World Scout Foundation.

Raja Y. M. Carl XVI Gustav akan tiba di Indonesia hari ini, Senin (30/1/2012). Esok harinya, ia akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Merdeka.

“Pertemuan antara Presiden RI dengan Raja Swedia selaku Chief Scout dari masing-masing negara diharapkan akan mempererat jejaring kepramukaan antara kedua negara," Kata Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, dalam rilisnya kepada wartawan, Senin (30/1/2012).

Pada kunjungan kehormatan, Presiden RI selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka akan menganugerahkan Lencana Tunas Kencana kepada Raja Swedia. Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka yang berjasa memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan yang amat besar bagi perkembangan gerakan pramuka di Indonesia.

Raja Swedia juga dijadwalkan untuk meletakkan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta serta mengunjungi Candi Borobudur dan Prambanan di Jawa Tengah. Selain itu, ia akan menghadiri sejumlah acara Gerakan Pramuka di Cibubur, Jakarta, dan Yogyakarta.

World Scout Foundation adalah organisasi internasional yang membantu pertumbuhan dan perkembangan kepramukaan di seluruh dunia dengan menyediakan dukungan keuangan untuk Organisasi Dunia Gerakan Pramuka. Organisasi ini berinvestasi secara permanen melalui sumbangan modal dari individu, yayasan, korporasi, pemerintah, dan dari anggota Gerakan Pramuka yang ingin membantu kaum muda belajar nilai-nilai positif dan menjadi pemimpin masa depan.

Realita dan Kendala yang Dihadapi Pandega Gudep Yang Berpangkalan di Perguruan Tinggi

Apabila memperhatikan sejarah munculnya golongan Pramuka Pandega maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan golongan Pandega diharapkan mampu memberi­kan peranan yang penting bagi pembentukan dan pengembangan calon-calon Pembina Pramuka yang berkualitas. Demikian pula halnya keberadaan Pramuka Pandega Gugus­depan yang berpangkalan di perguruan tinggi, diharapkan pula dapat memberikan sumbangan dalam pencetakan Pembina Pramuka yang cakap, tangguh dan berkualitas. Namun demikian, setelah lebih 30 tahun usaha pengembangan Pramuka Pandega Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi yang dilakukan melalui regulasi oleh Kwartir Nasional dan Ditjen Dikti Depdikbud, dan kegiatan-kegiatan tingkat regional dan nasional (baik kegiatan bakti maupun diskusi, lokakarya, simposium dan sebagainya) tidak dapat memberikan hasil yang signifikan terhadap konsep yang telah digulirkan.
Kenyataan tersebut dapat diketahui dari laporan-laporan dan pengamatan bahwa masih banyak kesulitan bagi satuan-satuan (baca: Gugusdepan) dalam memperoleh Pembina berkualitas.
Bahkan tidak hanya Pembina yang berkualitas, tetapi usaha memenuhi Pembina juga merupakan kesulitan. Kekurangan tenaga Pembina ini semakin dirasakan setelah dialihfungsikannya Sekolah Pendidikan Guru (SPG), sehingga Gerakan Pramuka merasa kehilangan salah satu sumber dalam upaya pencetakan Pembina Pramuka.
Memperhatikan kondisi seperti itu, kemudian kita akan bertanya: Lantas apa yang sebenarnya telah kita perbuat selama ini? Kiranya sulit saya mengatakan siapa yang salah, karena persoalan yang membelit dalam pembinaan Pramuka Pandega Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi ibarat benang kusut. Untuk itulah saya lebih suka menyatakan pertanyaan seperti di atas.
Ide Dasar Golongan Pandega dan Racana Pandega
Membicarakan ide dasar golongan Pandega tidak akan terlepas dari dua hal, yaitu (1) sejarah munculnya golongan Pandega di Indonesia dan (2) ide dasar Baden Powell (BP) tentang Rovering.
Memperhatikan munculnya golongan Pandega sebagai satuan pendidikan dalam Gerakan Pramuka dapat dikatakan unik. Pertama kali golongan Pandega diujicobakan oleh Drs. Fuad Hassan pada tahun 1964 (Alm. Prof Dr. Fuad Hassan, mantan Mendikbud) di Fakultas Psikologi UI, yang pada waktu itu masih berupa eksperimen yang berusaha membentuk satuan khusus Pramuka bagi para mahasiswa yang telah lepas dari usia Penegak. Memang pada awalnya tidak ditujukan untuk membentuk satuan pendidikan baru sebagai kelanjutan dari golongan Penegak. Namun perkembangan berikutnya, pada Musppanitra III tahun 1974 di Ujung Pandang satuan Pandega diputuskan menjadi satuan pendidikan, dan pada tahun itu pula Kwartir Nasional memasukkan ke dalam Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan. Baru sejak itulah sebe­narnya golongan Pandega resmi menjadi satuan pendidikan dalam Gerakan Pramuka.
Menilik perkembangannya, eksistensi golongan Pandega sulit dipisahkan dari golongan Penegak, kecenderungan ini masih dapat diamati hingga masa sekarang. Berbagai kebijakan tentang golongan Pandega selalu diintegrasikan dengan golongan Penegak. Hal ini tidak dapat terlepas dari pengaruh konsep pembagian peserta didik dalam kepanduan oleh BP, yaitu hanya dikenal Cub (Siaga), Scout (Penggalang) dan Rover (Penegak). Dan memang pada berbagai negara ada yang menambah lagi golon­gan setelah Penegak yaitu Senior Rover. Walaupun istilah Rover dan konsep Rovering masih melekat pada aktivitasnya. Implementasi nyata konsepsi Rovering (dapat dibaca buku karya BP berjudul Rovering to Success) adalah pada bentuk-bentuk kegiatan serta penggunaan kelembagaan Racana, Dewan  Racana beserta pengurusnya dan adanya tata adat Racana.
Golongan Pandega merupakan satuan pendidikan terakhir dalam Gerakan Pramuka sebelum seorang anggota Pramuka melepaskan atributnya sebagai peserta didik. Ditinjau dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa golongan Pandega merupakan satuan pendidikan yang berat, karena secara langsung harus mampu menyiapkan peserta didik untuk berperan aktif terjun di masyarakat. Di samping itu menyiapkan Pandega menjadi kader Gerakan Pramuka.
Selanjutnya, golongan Pandega sebagai satuan pendidikan dalam Gerakan Pramuka harus dipandang secara komprehensif dengan satuan pendidikan sebelumnya, dan dengan strategi pencapaian tujuan Gerakan Pramuka. Karenanya Pandega disamping sebagai peserta didik, dia juga diberi kesempatan untuk mengabdi serta mengelola kegiatan dan pendidikan. Justru pada bentuk pengabdian dan proses pemandirian inilah esensi bentuk dan arahan pembinaan Pramuka Pandega. Dan esensi inilah yang akan dapat membedakan antara golongan Pandega dan golongan Penegak.
Usaha pembinaan Pramuka Pandega di tingkat Gugusdepan dilakukan pada wadah pembinaan yang disebut Racana. Di dalam Racana, yang merupakan sekelompok Pramuka usia 21 tahun sampai dengan 25 tahun di bawah bimbingan seorang Pramuka Pandega, berlangsung suatu proses pendidikan yang lebih banyak merupakan proses interaksi antar Pandega itu sendiri. Proses interaksi itu mendorong proses sosialisasi berbagai nilai, norma, sikap, pengetahuan, bahkan keterampilan. Jadi proses itu tidak dipolakan seperti hubungan Pembina memberi dan Pandega menerima. Juga akan menjadi sulit diterima manakala latihan rutin Racana dipolakan seperti latihan Pasukan Penggalang, maksudnya adalah adanya pola dan pendekatan latihan rutin.
Racana disebut sebagai wadah pembinaan karena dalam mensosialisasikan berbagai aspek budaya dan kehidupan didasarkan pada arahan dan peraturan yang telah ditetapkan dalam kerangka upaya pencapaian tujuan Gerakan Pramuka. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pencapaian Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Sya­rat-syarat Kecakapan Khusus (SKK) serta penghayatan kode kehormatan. Oleh karena itu Racana harus memiliki seperangkat program, dan kemantapan kelembagaannya (dalam arti bukan mantap berotonomi, disini kita yang kadang-kadang sulit menempat­kan diri karena berfungsi sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa), namun Racana sebagai wadah pembinaan benar-benar harus melembaga dan berstruktur melalui jalur Kwartir­nya.
Racana sebagai wadah pembinaan, titik tolak dalam proses pendidikannya terle­tak pada aspek pengetahuan dan sikap. Hal ini sesuai dengan pandangan Lord Baden Powell bahwa titik berat pendidikan kepanduan adalah pada pembinaan watak dan kecerdasan yang arahannya ditujukan agar seorang Pandu (Pramuka) dapat mandiri dan mampu menolong orang lain. Aspek pengembangan sikap dalam Racana diarahkan melalui perangkat sosialisasi yang disebut dengan tata adat Racana.
Jadi Racana akan memiliki seperangkat kegiatan yang terprogram, kelembagaan dan tata adat Racana. Ketiga hal tersebut akan menentukan bagaimana bentuk interaksi antar warga Racana, antara warga Racana dengan Pembina Pandega.
Arahan Kegiatan Racana Pandega
Kegiatan Racana Pandega diarahkan pada pembentukan kepribadian yang mandiri, sehingga akan berlangsung proses pemandirian individu. Upaya ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan jiwa Pramuka Pandega. Arahan berikutnya adalah pengembangan sikap dan perilaku bakti (pengabdian). Untuk mencapai kemandirian dan pengabdian Pandega, diperlukan berbagai tahapan kegiatan atau program yang konsis­ten dengan tujuan dan sasaran Gerakan Pramuka serta berbagai kebijakan tentang pembinaan dan pengembangan Pramuka Penegak dan Pandega.
Konsep yang dikenal untuk maksud di atas adalah konsep tri bina, yang meliputi bina diri, bina satuan dan bina masyarakat.
  1. Bina diri, yaitu usaha memperluas dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan, serta membina kepribadian yang dilakukan melalui pertemuan rutin, pendidikan dan kegiatan-kegiatan lainnya.
  2. Bina satuan, yaitu upaya meningkatkan kompetensi dalam kepemimpinan dan ma­najemen serta upaya kaderisasi kepemimpinan Gerakan Pramuka. Termasuk dalam bina satuan misalnya membina Siaga atau Penggalang, menjadi pengurus Dewan Racana, anggota Dewan Kerja dan lain-lain.
  3. Bina masyarakat, yaitu upaya meningkatkan kesadaran sosial dan pengabdian agar lebih dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan sekaligus meletakkan landasan bagi masa depannya.
Lebih lanjut, dinyatakan bahwa Pramuka Pandega di Racana Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi dibina dan dikembangkan agar menjadi kader Pembina Pramuka. Dengan demikian program dan kegiatan Racana harus diarahkan pada pembinaan dan pembentukan calon-calon Pembina yang terampil, cakap dan tangguh. Oleh karena itu pengelola Racana hendaknya dapat menerapkan konsep tri bina secara proporsional. Karenanya hal yang membedakan Racana Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi adalah tugas pengkaderan Calon Pembina yang secara eksplisit ditekankan pada Racana Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi.
Perkembangan yang Terjadi
Dengan memperhatikan ide dan konsep dasar di atas, maka pertanyaan yang layak diajukan adalah: Sudahkah pelaksanaan kegiatan Pramuka Pandega sesuai dengan kodratnya? Nampaknya kita belum dapat menunjukkan jati diri kita sesuai dengan kodrat (baca: ide dan konsep dasar golongan Pramuka Pandega) yang telah digariskan namun kita baru bisa menyerah pada nasib, sehingga kita hanya bisa merenungi nasib kita. Saya berani mengatakan demikian karena kenyataannya pada umumnya Racana belum mampu berbuat banyak terhadap upaya pengkaderan Pembina Pramuka. Sehing­ga masalah kekurangan jumlah dan kualitas Pembina Pramuka belum dapat teratasi, secara nasional kekurangan Pembina dan masalah kualitas Pembina Pramuka yang ada sekarang ini telah menjadi masalah serius yang harus segera kita pecahkan bersama.
Adapun yang saya maksudkan dengan konotasi nasib adalah suatu kenyataan bahwa sebagian besar racana terjebak dengan sistem lembaga kemahasiswaan yang ada. Ada semacam kesulitan mendudukkan kelembagaan Racana berdampingan dengan lembaga kemahasiswaan. Inilah nasib pertama yang harus kita jalani. Akibatnya kita harus menjalani nasib kedua, yaitu bahwa para Pramuka Pandega terjebak dengan kegiatannya sendiri, baik itu yang diprogramkan oleh Racana/Gugusdepan maupun adanya paket kegiatan dari rekorat. Karena nasib itulah, maka kita seakan lupa dengan kodrat golongan Pandega yaitu suatu tahapan usia yang harus siap menjadi calon Pembina Pramuka dan karena program-program Racana sesuai kodratnya harus mengarahkan pada program bina satuan.
Kenyataannya berapa Racana yang telah memprogramkan bina satuan secara eksplisit dan kontinyu? Artinya program bina satuan tidak hanya melekat pada even ulang Gugusdepan saja, melainkan telah menjadi suatu keharusan dalam keseharian kehidupan Racana Pandega.
Mengapa bisa demikian hanya nasib kita? Tadi telah saya ungkapkan faktor eksternal, yaitu sistem dan dinamika lembaga kemahasiswaan. Sebenarnya faktor eksternal itu bisa kita eliminir apabila faktor internal kita kuat, justru disinilah saya melihat kelemahannya. Beberapa kelemahan faktor internal yang dapat saya ungkapkan adalah:
  1. Kurangnya pemahaman Pembina Pandega terhadap konsep Pramuka Pandega. Mengapa ini bisa terjadi, kita tidak bisa menyalahkan pada para Pembina, lagi-lagi nasiblah yang bisa kita ratapi. Mengapa? Baiklah kita tengok program pencetakan Pembina Pramuka Pandega yang dilakukan melalui Kursus Mahir Dasar (KMD) dan Kursus Mahir Lanjutan (KML). Kita kaji kurikulum dan pelaksanaan secara nasional KMD dan KML, adakah materi yang berkaitan dengan kelembagaan, program dan arahan kegiatan, serta tata adat Racana disampaikan dengan semestinya? Tidak, bukan? Hal itu akan lebih menyedihkan lagi apabila kodrat yang dimaksud kita gunakan tolok ukur Rovering. Sehingga sebenarnya tidak pada tempatnya apabila kita terlalu banyak menuntut pada Kakak Pembina karena memang bekal yang dimiliki, secara formal, tidak sesuai dengan kodratnya.
  2. Sebagian aktivis Racana yang diduga kurang memiliki pemahaman pendidikan kepramukaan secara komprehensif disebabkan (a) tidak adanya kontinyuitas pendidikan kepramukaan yang dialami aktivis itu, dan (b) lemahnya sub faktor Pembina sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman pada diri Pramuka Pandega.
Kedua faktor inilah yang nampaknya membuat Racana akan selalu sulit berkembang. Sebetapapun hebatnya sebuah Racana dapat mencetak pemikir dan praktisi kepramukaan namun apabila tidak diikuti kedekatan pemahaman dan kemampuan Pembina Pramuka dengan kodratnya adalah suatu yang naif, karena peserta didik (Pandega) selalu datang pergi sementara itu yang relatif tetap di satuan adalah Pembinanya. Sehingga mestinya sosialisasi kelembagaan, program dan arahan kegiatan serta tata adat Racana harus diberikan sejak KMD dan diperdalam pada KML.
Bina Satuan Terpadu
Mau tidak mau agar kita tidak dikatakan menyalahi kodrat, maka langkah yang paling strategis adalah merealisasikan program bina satuan secara eksplisit dan kontinyu. Memang saat ini ada sebagian kecil Pramuka Pandega yang tidak mau menging­kari kodratnya, yaitu dengan cara melakukan bina satuan di Perindukan, Pasukan atau Ambalan. Sayang hal ini belum dilakukan secara terprogram dan melembaga sehingga sulit dilakukan kontrol aktivitas dan kualitas.
Adapun yang dimaksud bina satuan terprogram adalah bahwa bina satuan dican­tumkan ke dalam salah satu butir program kerja tahunan pada Racana dan secara eksplisit ada tindak lanjutnya. Sedangkan yang dimaksudkan melembaga yaitu adanya bentuk ikatan kerjasama antara Racana/Gugusdepan dengan Gugusdepan yang ditempati sebagai ajang bina satuan. Salah satu butir ikatan kerjasama yang diusulkan adalah kesediaan Gugusdepan lokasi bina satuan untuk menerima Pramuka Pandega sebagai Pembantu Pembina Satuan yang akan berlatih dan mengembangkan kemampuan dirinya di satuan tersebut, keberadaan Pramuka Pandega dibatasi waktu untuk satu tahun pro­gram berikutnya. Dengan kedudukan sebagai Pembantu Pembina Satuan saya pikir tidak akan berpengaruh terhadap ketentuan batasan waktu bina satuan, karena bagaima­napun juga Pembina Satuan merupakan orang pertama di satuan itu.
Apabila program bina satuan ini berjalan, maka latihan rutin di Racana tidak akan terpola seperti latihan Pasukan Penggalang/Ambalan Penegak. Karena latihan rutin akan berubah fungsi sebagai ajang bertukar pikiran terhadap pelaksanaan bina satuan, pada kesempatan inilah akan berlangsung proses pembelajaran yang tidak kita duga dampaknya. Saya yakin bahwa pola pendekatan  seperti itu akan mampu menggarap realitas permasalahan pendidikan kepramukaan, dan karena itu, secara metodologis bertumpu di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni prinsip bertindak untuk memperbaiki keadaan. Oleh Paulo Freire (1986: 35-47) hal tersebut dikatakan makna dan hakekat praxis, yaitu :
praxis-paulo-freore
Dalam bahasa kita, praxis dapat kita sebut dengan “manunggal karsa, kata dan karya” karena manusia pada dasarnya adalah kesatuan dari fungsi berpikir, berbicara dan berbuat. Ketiga aspek itu tidak dapat dipisahkan, jika dipisahkan maka akan ada dua kutub ekstrem yaitu pendewaan berlebihan pada kata (sebagaimana juga pendewaan berlebihan terhadap konsep dasar dan regulasi Kwarnas/Dikti tanpa diikuti aksi nyata) atau pendewaan berlebihan pada kerja.
Menyimak strategi pembelajaran yang demikian maka proses pendidikan kepra­mukaan di Racana (baca : melalui program bina satuan) setiap waktu dalam prosesnya akan merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan (praktek di satuan), kemudian tindakan itu direfleksikan kembali (melalui pertemuan/latihan rutin di Racana), dan refleksi itu diambil tindakan baru yang lebih baik. Demikian seterusnya, sehingga proses pendidikannya merupakan suatu daur bertindak dan berpikir yang berlangsung terus menerus.
Dengan pendekatan bina satuan tersebut maka akan dapat menghilangkan kebo­sanan Pandega dalam mengikuti latihan rutin. Lantas pasti akan dipertanyakan: dimana keberadaan latihan rutin bagi Pramuka Pandega? Menurut saya, latihan rutin di Racana sebagaimana bentuk latihan Pasukan dan Ambalan sudah tidak ada.
Gantinya kita gunakan pendekatan pengalaman berstrukturnya Pfeiffer dan Jones (1986: 151-158), yaitu melalui tahapan mengalami, mengungkapkan, mengolah, menyimpulkan dan menerapkan. Berdasarkan pendekatan pembelajaran pengalaman berstruktur inilah maka sebenarnya seluruh kegiatan Racana baik yang terprogram maupun insidental adalah merupakan media latihan rutin bagi Pramuka Pandega. Hanya masalahnya bagaimana kita secara sadar dapat mengolah seluruh aktivitas sehingga mampu membelajarkan Pramuka Pandega.
Selanjutnya, agar program bina satuan ini dapat ditindaklanjuti maka diperlukan adanya (1) gerakan penyadaran diri terhadap kodratnya; dan (2) langkah-langkah terpa­du antar masing-masing Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi dengan Kwartirnya. Hal kedua inilah yang saya sebut Bina Satuan Terpadu.
Adapun maksud Bina Satuan Terpadu adalah program bina satuan yang melibat­kan seluruh/beberapa Gugusdepan yang berpangkalan di perguruan tinggi dengan keter­paduan dalam aspek (1) pembagian lokasi bina satuan, dimana dalam hal ini di bawah koordinasi Kwartir Cabang/Kwartir Ranting; (2) secara berkala (berkala tengah tahunan) mengadakan pertemuan evaluasi pelaksanaan program bina satuan; dan (3) menda­tangkan Pelatih Pembina Pramuka dalam pertemuan evaluasi bina satuan di Racana masing-masing atau secara gabungan dengan bimbingan/bantuan Korps Pelatih Cabang.
Kiranya dengan pendekatan praxis dan keterpaduan bina satuan ini kita dapat sedikit demi sedikit mengurai benang kusut yang melilit Gerakan Pramuka. Sekaligus merupakan tindakan nyata bakti Pramuka Pandega dalam usaha ikut serta mengembangkan sumber daya manusia dalam Gerakan Pramuka. Be Prepared!
Fauzi Eko Pranyono adalah mantan Pemangku Adat dan mantan Ketua Racana WR Supratman Gudep Yogyakarta 007

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grocery Coupons